Semaoen, Pendiri PKI Indonesia yang Berakhir Diasingkan

Semaoen, Mungkin ini adalah nama yang asing bagi kalangan yang kurang mempelajari sejarah, tetapi bagi para pecinta sejarah nama tersebut tidak akan asing, karena mempunyai peran yang sempat membuat Indonesia huru hara, mari kita bahas lebih lanjut tentang Semaoen, Pendiri PKI Indonesia yang Berakhir Diasingkan.

semaoen

Sejarah Singkat Semaoen

Semaoen lahir pada tahun 1899 di Curahmalang, Sumobito, Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Ia adalah putra dari Prawiroatmodjo, seorang pekerja rendahan yang bekerja sebagai tukang batu pada jawatan kereta api Belanda.

Meskipun berasal dari keluarga sederhana, mendapatkan pendidikan di sekolah bumiputera Tweede Klas (kelas dua, sekolah dasar) dan juga mengikuti kursus tambahan bahasa Belanda sejak muda. Karena keterbatasan ekonomi, ia tidak bisa melanjutkan pendidikan tinggi formal. Setelah tamat, bekerja sebagai juru tulis di perusahaan kereta api Staatspoor (SS) di Surabaya.

Sejak remaja, ia sudah tertarik pada gerakan pergerakan. Di usianya yang relatif muda, Semaoen bergabung dengan Sarekat Islam (SI), organisasi masa yang sangat penting dalam pergerakan nasionalis awal di Hindia Belanda. Pertemuan penting dalam hidupnya terjadi ketika ia bertemu dengan Henk Sneevliet, seorang aktivis sosialis Belanda yang menjadi tokoh kunci dalam organisasi Indische Sociaal‑Democratische Vereeniging (ISDV). Sneevliet mengenalkan gagasan sosialis dan komunis , dan ia kemudian aktif dalam ISDV serta serikat buruh kereta api, VSTP (Vereniging Spoor en Tram Personeel).

Peran dalam Pergerakan Komunis Indonesia

ISDV adalah organisasi sosialis yang didirikan di Hindia Belanda tahun 1914 oleh Sneevliet. Organisasi ini pada awalnya didominasi kaum Eropa, tetapi kemudian membuka ruang bagi kader bumiputera. Seiring berjalannya waktu, muncul pemikiran agar ISDV berubah menjadi organisasi komunis yang khas Indonesia. Pada 23 Mei 1920, ISDV berganti nama menjadi Perserikatan Komunis Hindia (PKH). Dalam masa transisi itu, dipercaya sebagai ketua atau salah satu tokoh penting organisasi komunis ini. Tak lama kemudian, nama itu berubah lagi menjadi Partai Komunis Indonesia (PKI).

Dalam sejarahnya, PKI pun sempat menjadi sayap kiri dari Sarekat Islam, namun perbedaan ideologi memunculkan konflik internal. Pada akhirnya, PKI melepas diri dari SI sekitar tahun 1921. Semaoen sempat meninggalkan Indonesia untuk menghadiri Kongres Komunis Internasional di Rusia. Dia kembali ke Hindia Belanda pada 1922 dengan tujuan menguatkan gerakan di dalam negeri, tetapi menghadapi tantangan besar dari pemerintah kolonial.

Baca juga : Dipa Nusantara Aidit, Dari Aktivis Muda ke Pemimpin PKI Terkuat

Pengasingan Semaoen

Semaoen diasingkan oleh pemerintah kolonial Belanda pada tahun 1923, dan pengasingannya berkaitan dengan peranannya dalam memimpin gerakan buruh dan komunis di Hindia Belanda. Pada waktu itu, Semaoen adalah salah satu tokoh utama dalam Partai Komunis Indonesia (PKI) yang baru saja terbentuk setelah ISDV (Indische Sociaal‑Democratische Vereeniging) berganti nama menjadi PKI pada 1920.

Mogok Buruh Kereta Api (VSTP) 1921 Semaoen merupakan tokoh kunci dalam mengorganisir mogok buruh besar yang melibatkan pekerja kereta api (Vereniging Spoor en Tram Personeel, atau VSTP). Aksi ini dianggap sebagai ancaman langsung terhadap kekuasaan kolonial Belanda, karena mogok buruh tersebut meluas dan menuntut hak-hak buruh yang lebih baik. Pemerintah kolonial melihat Semaoen sebagai salah satu pemimpin yang menggerakkan semangat revolusioner ini.

Aktivitas Komunis yang Semakin Terbuka Setelah mendirikan PKI, Semaoen dan partainya semakin berani mengkritik pemerintah kolonial dan mempromosikan ide-ide sosialis dan komunis di kalangan pekerja dan rakyat Indonesia. PKI bahkan mulai menjalin hubungan dengan Komintern, organisasi internasional komunis, yang semakin memperburuk hubungan dengan pihak Belanda.

Sebagai respons terhadap ancaman ini, pemerintah kolonial Belanda melakukan tindakan represif dengan menangkap dan mengasingkan Semaoen. Ia dikirim ke luar negeri, termasuk ke Belanda dan Rusia (Uni Soviet), untuk melemahkan pengaruhnya di Indonesia. Tindakan ini adalah bagian dari upaya Belanda untuk menekan gerakan komunis dan mencegah penyebaran ide-ide revolusioner yang bisa mengancam kekuasaan mereka di Hindia Belanda.

Setelah diasingkan, semasa hidup di luar negeri, Semaoen terus aktif dalam pergerakan internasional komunis. Dia terlibat dengan Komintern (Komunis Internasional), mengembangkan propaganda melalui tulisan dan karya. Ia bahkan mengajar bahasa Indonesia di Moskow serta bekerja di radio dan institusi kebudayaan di Uni Soviet.

Kepulangan dan Kehidupan Akhir

Setelah Indonesia merdeka, Semaoen tidak langsung kembali ke peran aktif di PKI. Bahkan, ketika akhirnya ia kembali ke Indonesia pada sekitar tahun 1957 atau 1959, ia sudah tidak lagi sejalan dengan kepemimpinan PKI yang baru. Setibanya di Indonesia, Semaoen hidup di Jakarta. Ia sempat bekerja di dewan penasehat pemerintah antara 1959 hingga 1961. Tetapi PKI tidak menerima keterlibatannya kembali posisi politik dan ideologinya telah berubah.

Kemudian, Semaoen dekat dengan partai Murba (Partai Proletarian) yang memiliki perbedaan ideologis dengan PKI. Selanjutnya, ia menjadi dosen ekonomi di Universitas Padjadjaran (Bandung). Semaoen meninggal di Jakarta pada 7 April 1971, a dimakamkan di Pemakaman Umum Gununggansir, Beji, Pasuruan, Jawa Timur.

Pendiri PKI Awal dan Pemikir Marxisme Lokal hadir sebagai figur yang menjembatani gagasan komunis internasional dengan konteks lokal Hindia Belanda. Ia merumuskan bahwa perjuangan kelas harus disesuaikan dengan realitas kolonial, bukan sekadar proyek impor. Perannya sebagai ketua awal PKI menjadikan namanya tak bisa dilepaskan dari akar gerakan komunis Indonesia.

Konsekuensi Politik Pengasingan sebagai Takdir Karena posisinya sebagai aktor utama dalam gerakan buruh dan organisasi komunis, tindakan pengasingan tidak bisa dilepaskan dari strategi kolonial untuk melemahkan perlawanan. Pengasingan memaksa Semaoen bekerja dari luar, sehingga pengaruhnya terhadap dinamika politik Indonesia terutama setelah kemerdekaan terbatas. Setelah kembali ke Tanah Air, Menemukan bahwa PKI di masa Orde Lama telah berkembang dengan basis ideologi dan strategi yang berbeda. Ia tidak kembali aktif dalam PKI dan memilih jalan berbeda, yang menunjukkan bahwa perubahan zaman bisa memisahkan tokoh awal dengan generasi penerus.

Semaoen tetap menjadi sosok yang menarik perhatian sejarawan. Beberapa pihak memandangnya sebagai pionir pergerakan kiri, sementara yang lain mencatat konfrontasi ideologinya dengan paham PKI kemudian. Di masa Orde Baru, diskursus tentang komunisme sangat dibatasi, sehingga warisan sering kali ditutup rapat atau dilihat melalui lensa negatif.

Semaoen adalah tokoh penting dalam sejarah pergerakan kiri di Indonesia. Sebagai salah satu pendiri PKI dan ketua pertamanya, ia mengambil peran yang sangat berisiko di masa kolonial. Namun, konsekuensi dari aktivitas politiknya adalah pengasingan yang menempatkannya jauh dari tanah air dalam waktu panjang. Saat ia akhirnya pulang, kondisi politik telah berubah sedemikian rupa sehingga perannya dalam PKI tidak lagi relevan.

Meski demikian, sejarah mencatat bahwa tanpa Semaoen, nasib organisasi komunis Indonesia mungkin akan sangat berbeda. menunjukkan bahwa ideologi tidak bisa dilepaskan dari kontekstualisasi lokal, dan perjalanan hidupnya menjadi refleksi dari betapa sulitnya mempertahankan terus‑menerus visi dan pengaruh di tengah pergolakan zaman.

Bagaimana tentang cerita tokoh penting kali ini? apakah menarik bukan artikel yang membahas Semaoen, Pendiri PKI Indonesia yang Berakhir Diasingkan, kita bahas tokoh tokoh lainya lagi kedepannya.

Scroll to Top