Dipa Nusantara Aidit atau yang biasa kita kenal dengan nama DN Aidit adalah salah satu tokoh politikus yang sangat terkenal dengan menjabat sebagai Jenderal Partai Komunis Indonesia. nah mari kita bahas lebih lanjut tentang siapa sih Dipa Nusantara Aidit, Dari Aktivis Muda ke Pemimpin PKI Terkuat.

Profil dan Latar Belakang Dipa Nusantara Aidit
DN Aidit adalah singkatan dari Dipa Nusantara Aidit, seorang tokoh penting dalam sejarah Indonesia terutama pada era awal Orde Lama dan periode menjelang peristiwa G30S. Dipa Nusantara Aidit, lahir pada 30 Juli 1923 di Belitung, adalah anak dari keluarga muslim yang cukup terpandang di daerahnya. Ayahnya adalah seorang guru agama, dan masa kecil Aidit diwarnai dengan pendidikan Islam. Ia dikenal pandai mengaji dan tekun dalam ibadah. Namun, perjalanan intelektualnya membawanya pada jalur yang sangat berbeda.
Pada usia remaja, Aidit hijrah ke Batavia (Jakarta) untuk menempuh pendidikan di sekolah dagang. Di sinilah ia mulai berkenalan dengan berbagai ideologi modern, termasuk sosialisme dan komunisme yang tengah marak di kalangan intelektual muda Hindia Belanda. Di usia belasan, ia mulai aktif dalam pergerakan dan menulis artikel-artikel yang bernuansa radikal.
Kebangkitan di PKI
Setelah Indonesia merdeka, PKI kembali aktif dalam dunia politik Indonesia. Mereka segera menarik simpati rakyat kecil, terutama buruh dan petani. Namun pada tahun 1948, PKI melakukan gerakan bersenjata yang dikenal sebagai Peristiwa Madiun, di mana mereka mencoba mengambil alih kekuasaan di wilayah Jawa Timur.
Pemberontakan ini dipadamkan oleh pemerintah Indonesia di bawah Presiden Soekarno dan Panglima Jenderal Sudirman. Ribuan anggota dan simpatisan PKI dibunuh atau ditangkap. Sejak itu, citra PKI hancur dan partai nyaris hilang dari percaturan politik nasional.
Pada awal kemerdekaan Indonesia, Aidit menjadi bagian dari Partai Komunis Indonesia (PKI) yang waktu itu masih dalam tahap kebangkitan setelah dihancurkan dalam pemberontakan Madiun 1948. Bersama tiga sahabatnya Njoto, M.H. Lukman, dan Sudisman—Aidit merebut kendali PKI dari kepemimpinan lama dan mengarahkan partai menuju strategi politik parlementer, bukan pemberontakan bersenjata.
Setelah kekalahan di Madiun, generasi baru PKI muncul dengan strategi berbeda. Tokoh-tokoh muda seperti D.N. Aidit, M.H. Lukman, Njoto, dan Sudisman merebut kepemimpinan partai dalam Kongres PKI tahun 1951.
Di bawah kendalinya, PKI menjelma menjadi partai komunis terbesar di luar Uni Soviet dan Tiongkok, dengan jutaan anggota, pengaruh luas di kalangan buruh, petani, pemuda, perempuan, hingga militer. Aidit sangat cerdas membangun citra PKI sebagai partai rakyat kecil dan mendekatkan diri pada Presiden Soekarno yang memiliki pandangan anti-imperialis.
Puncak Kekuatan 1955–1965
PKI mencetak sejarah besar pada Pemilu 1955 pemilu demokratis pertama Indonesia dengan meraih suara keempat terbesar secara nasional. Ini membuktikan bahwa komunisme memiliki basis dukungan luas di Indonesia.
PKI tampil kuat dalam Pemilu 1955 dan menjadi partai terbesar keempat secara nasional. Aidit sendiri menduduki posisi penting di pemerintahan, seperti Wakil Ketua MPRS, yang menempatkannya dalam lingkar kekuasaan negara. Ia juga sering mendampingi Presiden Soekarno dalam berbagai kunjungan kenegaraan, memperkuat persepsi bahwa Soekarno bersimpati pada PKI.
Aidit mendukung gagasan Nasakom (Nasionalis, Agama, Komunis) yang dipopulerkan Soekarno untuk menyatukan tiga kekuatan utama bangsa. Namun, ide ini menimbulkan resistensi besar, terutama dari kelompok militer dan Islam, yang menilai PKI sebagai ancaman terhadap ideologi Pancasila dan negara.
Kejatuhan DN Aidit
Puncak kontroversi Aidit terjadi pada malam 30 September 1965, ketika tujuh jenderal TNI AD diculik dan dibunuh dalam peristiwa yang dikenal sebagai Gerakan 30 September (G30S). PKI secara resmi menyatakan tidak terlibat, tetapi militer menyalahkan mereka secara langsung. Aidit dituduh sebagai otak intelektual di balik kudeta tersebut.
Setelah peristiwa itu, Aidit melarikan diri ke Yogyakarta dan sempat menulis surat kepada Presiden Soekarno untuk meminta perlindungan. Namun, militer di bawah pimpinan Jenderal Soeharto bergerak cepat. Aidit ditangkap pada 22 November 1965 di Boyolali dan dieksekusi keesokan harinya tanpa proses pengadilan.
Dipa Nusantara Aidit adalah figur kompleks idealis, cerdas, karismatik, tetapi juga penuh kontroversi. Ia memperjuangkan gagasan yang diyakininya benar, tetapi dalam konteks zaman yang penuh ketegangan ideologis, langkah-langkahnya menjadi bumerang. Namanya tetap membelah sejarah Indonesia: antara tokoh revolusioner atau pengkhianat negara.
Hingga kini, peran sebenarnya D.N. Aidit dalam G30S masih menjadi perdebatan. Sebagian peneliti menilai Aidit mungkin terlibat, tetapi tidak dalam kapasitas pengendali penuh. Ada pula teori yang menyebutkan bahwa PKI dimanipulasi oleh faksi tertentu dalam militer atau oleh kekuatan asing dalam konteks Perang Dingin.
Kuburan Aidit tidak diketahui secara pasti. Ia meninggal sebagai musuh negara, dan hingga kini namanya tabu untuk dibahas secara terbuka di banyak ruang publik Indonesia. Namun, sebagian pihak menilai bahwa sejarah harus dikaji ulang secara objektif, bukan sekadar berdasarkan narasi Orde Baru.
Penjelasan kali ini justru menjadi penjelasan sejarah terutama sejarah Indonesia yang bisa terbilang kelam, Bagaimana penjelasan tentang Dipa Nusantara Aidit, Dari Aktivis Muda ke Pemimpin PKI Terkuat, apakah kalian tertatik dengan cerita cerita lainnya?.

