Kisah Hidup Winston Churchill Si “Tua Ngeyel” yang Nyelametin Inggris dari Neraka Perang Dunia

winston churchill
winston churchill

Kalau kita ngomongin tokoh-tokoh dunia paling ikonik sepanjang sejarah, nama Winston Churchill pasti gak bisa diabaikan. Bayangin aja, doi bukan cuma pernah jadi Perdana Menteri Inggris, tapi juga jadi orator jempolan, penulis ulung, dan simbol perlawanan melawan Nazi di Perang Dunia II. Gak berlebihan kalau banyak orang nyebut dia sebagai “The Bulldog of Britain” – keras kepala, pantang nyerah, dan super loyal sama negaranya.

Tapi sebenernya, siapa sih Winston Churchill ini? Gimana kisah hidupnya sampai bisa jadi pahlawan nasional Inggris? Yuk, kita bongkar bareng-bareng!

Lahir dari Keluarga Bangsawan, Tapi Gak Langsung Bersinar

Winston Leonard Spencer Churchill lahir pada 30 November 1874 di Blenheim Palace, Oxfordshire, Inggris. Dia berasal dari keluarga aristokrat. Ayahnya, Lord Randolph Churchill, adalah politikus top dari Partai Konservatif. Ibunya, Jennie Jerome, orang Amerika yang punya pengaruh besar di kalangan sosialita.

Meskipun lahir di keluarga elit, masa kecil Churchill gak selalu mulus. Di sekolah, nilai-nilainya pas-pasan dan dia dikenal nakal serta keras kepala. Tapi dia suka banget baca dan punya imajinasi tinggi, terutama tentang perang dan strategi militer. Gak heran, akhirnya dia mutusin buat masuk militer.

Karier Militer dan Petualangan Awal

Tahun 1895, Churchill mulai kariernya di Royal Cavalry. Tapi dia gak cuma jadi tentara biasa, dia juga nulis tentang pengalaman perangnya. Petualangannya membawanya ke Kuba, India, Sudan, dan Afrika Selatan.

Yang paling terkenal tuh pas dia jadi koresponden perang di Perang Boer di Afrika Selatan. Dia sempat ditawan musuh, tapi berhasil kabur dari penjara, jalan kaki ratusan kilometer, dan akhirnya jadi pahlawan di mata rakyat Inggris. Cerita pelariannya itu bikin namanya langsung meroket di media. Dari situ, dia mulai dilirik sebagai calon politisi potensial.

Terjun ke Politik: Naik-Turun Kayak Roller Coaster

Tahun 1900, Churchill resmi masuk politik sebagai anggota parlemen. Tapi hidup politiknya gak tenang-tenang amat. Dia sempat pindah partai dari Konservatif ke Liberal (dan nanti balik lagi ke Konservatif, wkwk). Di masa awal, dia dikenal cerdas, tajam, tapi juga suka cari gara-gara.

Pas jadi First Lord of the Admiralty (setara Menteri Angkatan Laut), dia punya banyak ide brilian, salah satunya tentang modernisasi angkatan laut Inggris. Tapi… dia juga bikin blunder besar waktu merancang serangan Gallipoli di Perang Dunia I. Misi itu gagal total dan banyak tentara Inggris yang tewas. Churchill pun dicopot dan sempat depresi berat.

Masa Kelam dan Rehat Politik

Setelah kegagalan Gallipoli, Churchill merasa terpukul. Dia mundur dari jabatan dan balik lagi ke dunia militer, ikut berperang di front barat. Tapi politik tetap ada di darahnya, dan dia pelan-pelan balik ke panggung.

Tahun 1920-an hingga 30-an, Churchill lebih banyak di luar pemerintahan. Banyak yang nganggep dia udah “habis masa,” terlalu konservatif, terlalu keras kepala, dan dianggap out of touch sama zaman. Tapi justru di masa inilah dia mulai sounding bahaya naiknya Adolf Hitler dan Nazi Jerman—yang saat itu banyak orang belum anggap serius.

Perang Dunia II: Saat Churchill “Bangkit dari Abu”

Tahun 1939, Perang Dunia II pecah. Inggris masuk perang, dan rakyat mulai panik karena Hitler makin ganas. Karena kegigihan dan suara lantang melawan Nazi, Churchill akhirnya diangkat jadi Perdana Menteri Inggris pada 10 Mei 1940, menggantikan Neville Chamberlain.

Di masa paling suram Inggris, saat tentara Nazi udah hampir nyerbu daratannya, Churchill tampil sebagai simbol perlawanan. Pidato-pidatonya yang menggugah—kayak “We shall fight on the beaches” atau “Never surrender”—bener-bener jadi suntikan semangat buat rakyat Inggris.

Dia juga jago diplomasi. Churchill berhasil bikin aliansi kuat bareng AS (di bawah Roosevelt) dan Uni Soviet (di bawah Stalin) buat mengalahkan Nazi. Walau karakternya keras, dia bisa kompromi demi tujuan bersama: ngelindungin negaranya.

Setelah Perang: Menang Perang, Kalah Pemilu?

Aneh tapi nyata, setelah Perang Dunia II selesai dan Inggris menang, Churchill malah kalah pemilu tahun 1945. Banyak rakyat Inggris yang pengen perubahan dan perbaikan ekonomi, sementara Churchill dianggap terlalu fokus ke luar negeri.

Tapi jangan salah, tahun 1951 dia comeback dan jadi Perdana Menteri lagi sampai 1955. Tapi kali ini kondisi fisiknya udah gak sekuat dulu. Dia mulai sakit-sakitan, dan akhirnya pensiun dari politik aktif.

Karya-Karya Tulisan dan Nobel Sastra

Churchill bukan cuma jago politik dan perang, dia juga penulis produktif. Dia nulis banyak buku, termasuk memoar Perang Dunia II dan biografi tokoh-tokoh besar. Karena tulisannya yang tajam, detail, dan menginspirasi, dia bahkan dapat Nobel Sastra tahun 1953—bukan main!

Akhir Hidup dan Warisan

Winston Churchill wafat pada 24 Januari 1965 di usia 90 tahun. Inggris memberikan penghormatan luar biasa: pemakaman kenegaraan yang dihadiri pemimpin dari seluruh dunia. Di sepanjang jalan, ribuan orang berdiri diam, memberi penghormatan pada sang legenda.

Namanya sekarang diabadikan di berbagai tempat: patung, jalanan, sekolah, sampai film-film dokumenter dan Hollywood. Banyak yang masih percaya bahwa tanpa Churchill, Inggris mungkin udah takluk sama Nazi.

Fun Fact Tentang Churchill:

  • Suka cerutu dan alkohol. Bahkan dia bilang, “I have taken more out of alcohol than alcohol has taken out of me.”

  • Gagal berkali-kali dalam hidup, tapi tetap bangkit. Dia sendiri bilang, “Success is not final, failure is not fatal: It is the courage to continue that counts.”

  • Gak takut beda pendapat, bahkan sering debat panas di parlemen.

  • Punya gaya ngomong yang khas dan dramatis, makanya pidato-pidatonya legendaris banget.

  • Dia juga pelukis! Lukisannya laku keras di kemudian hari.

Gak Sempurna, Tapi Penuh Arti

Winston Churchill bukan orang suci. Dia punya banyak sisi kontroversial—ada yang nyebut dia rasis, kolonialis, dan terlalu keras kepala. Tapi gak bisa dipungkiri, saat dunia butuh pemimpin yang berani berdiri dan bicara, Churchill maju paling depan.

Kisah hidupnya ngajarin kita satu hal: dalam situasi paling suram pun, keberanian dan kata-kata punya kekuatan besar. Dan kadang, orang yang kamu pikir udah selesai… bisa jadi penyelamat saat dunia lagi kacau.

Scroll to Top