Nicolaus Copernicus Si Astronom “Pembangkang” yang Bikin Matahari Jadi Pusat Semesta

nicolaus copernicus
nicolaus copernicus

Pernah gak kamu bayangin, hidup di zaman di mana semua orang percaya Bumi adalah pusat alam semesta? Semua kitab, ajaran, dan ilmuwan pada masa itu pun ikut mengamini hal tersebut. Tapi tiba-tiba… muncul seorang ilmuwan yang bilang, “Eits, bukan Bumi, tapi Matahari pusatnya!”

Nah, orang “nekat” itu bernama Nicolaus Copernicus. Gara-gara pemikirannya, dunia astronomi jungkir balik, dan cara manusia melihat alam semesta pun berubah total. Di artikel ini, kita bakal kupas tuntas kisah hidup Copernicus dengan gaya santai, tapi tetap ngena!

Awal Mula: Lahir di Keluarga Kaya, Tapi Milih Ilmu

Copernicus lahir pada 19 Februari 1473 di kota kecil bernama Toruń, yang sekarang masuk wilayah Polandia. Nama aslinya sih Mikołaj Kopernik, tapi dunia lebih mengenalnya dengan versi latinnya: Nicolaus Copernicus.

Lahir dari keluarga pedagang kaya, dia bisa dibilang gak kekurangan materi. Tapi hidupnya berubah waktu ayahnya meninggal, dan dia diasuh pamannya yang seorang uskup gereja. Dari sanalah Copernicus mulai didekatkan ke dunia pendidikan tinggi dan… astronomi.

Kuliah di Mana-Mana: Dari Kedokteran Sampai Matematika

Copernicus gak cuma pinter satu bidang, dia kuliah lintas jurusan dan lintas negara. Dia belajar hukum, matematika, kedokteran, bahkan lukisan! Tapi yang paling bikin dia jatuh hati adalah astronomi.

Waktu belajar di Italia, dia mulai merasa ada yang aneh dengan teori astronomi zaman itu. Mayoritas ilmuwan masih percaya pada model geosentris—yaitu Bumi sebagai pusat alam semesta, dan semua planet, termasuk matahari, mengelilingi Bumi.

Tapi Copernicus ngerasa: “Kok gak masuk akal, ya?”

Melawan Arus: Munculnya Teori Heliocentris

Copernicus mulai nyusun teori heliosentris, alias sistem tata surya yang punya Matahari sebagai pusat. Menurut hitungan dan pengamatan yang dia lakukan sendiri selama bertahun-tahun, planet-planet—termasuk Bumi—mengelilingi Matahari.

Gila gak tuh? Di zaman itu, pernyataan seperti itu bisa bikin kamu dicap sesat dan bahkan dihukum. Tapi Copernicus tetap yakin dengan datanya. Dia mulai nyusun buku berjudul “De revolutionibus orbium coelestium” (tentang revolusi benda-benda langit).

Sayangnya, karena takut kontroversi, dia nunda-nunda nerbitin bukunya. Dia baru setuju bukunya diterbitkan saat menjelang wafat. Jadi, dia gak pernah benar-benar lihat dampak besar dari teorinya selama hidup.

Diterbitkan di Ujung Usia

Tahun 1543, beberapa hari sebelum wafat, Copernicus akhirnya menerima salinan bukunya yang sudah dicetak. Waktu itu dia udah terbaring sakit parah. Katanya, dia sempat sadar dan melihat bukunya untuk pertama dan terakhir kalinya.

Setelah itu, dia wafat pada 24 Mei 1543 dalam usia 70 tahun. Tapi warisan pemikirannya baru mulai bikin heboh setelah itu.

Reaksi Dunia: Antara Dukung dan Murka

Teori Copernicus dianggap melawan ajaran gereja saat itu. Banyak tokoh agama dan ilmuwan yang bilang teorinya berbahaya. Tapi, di sisi lain, ada juga ilmuwan-ilmuwan muda yang tertarik dan mulai membuktikan teorinya secara ilmiah, kayak Galileo Galilei dan Johannes Kepler.

Bisa dibilang, Copernicus adalah pemicu revolusi besar dalam ilmu pengetahuan, terutama di bidang astronomi dan fisika.

Pengaruh Abadi: Dari Langit ke Buku Sekolah

Hari ini, teori heliosentris Copernicus udah jadi pelajaran dasar di seluruh dunia. Kita tahu bahwa Bumi adalah salah satu planet yang mengelilingi Matahari, dan bukan sebaliknya. Tapi zaman dulu, konsep ini cukup “gila” dan bikin panik banyak orang.

Copernicus membuktikan bahwa kadang, untuk menemukan kebenaran, kamu harus berani berbeda. Bahkan jika seluruh dunia gak setuju.

Fakta Seru tentang Copernicus

  • Dia juga seorang dokter dan merawat pasien secara gratis!

  • Selain jadi ilmuwan, dia juga sempat menjabat sebagai administrator gereja dan ahli ekonomi.

  • Nama Copernicus diabadikan jadi nama kawah di Bulan, teleskop, dan bahkan mata uang di Polandia pada zamannya.

Dari Pemalu Jadi Pengubah Dunia

Nicolaus Copernicus bukan sosok yang vokal atau suka tampil. Dia cenderung kalem, pemalu, dan hati-hati. Tapi justru dari balik sosok tenangnya, dia menyimpan revolusi besar dalam pikirannya. Dia percaya bahwa sains harus didasarkan pada fakta dan observasi, bukan hanya kepercayaan buta.

Dan karena keberaniannya mempertanyakan “kebenaran” zaman itu, kita sekarang bisa memahami tata surya dengan lebih logis dan ilmiah.

Scroll to Top