
Kalau ngomongin samurai legendaris di Jepang, nama Tokugawa Ieyasu gak boleh ketinggalan. Gak seganteng Nobunaga, gak seberani Hideyoshi, tapi Ieyasu itu kayak pemain catur yang sabar, tenang, dan ujung-ujungnya menang. Dia bukan tipe “main tebas dulu, mikir belakangan”, tapi lebih ke “tunggu momen, baru ambil semuanya.”
Buat lo yang belum kenal, Tokugawa Ieyasu adalah pendiri Keshogunan Tokugawa, sebuah rezim militer yang ngejalanin Jepang selama lebih dari 260 tahun. Dari 1603 sampai 1868, dinasti Tokugawa ngatur Jepang kayak bos besar — dan semua itu dimulai dari Ieyasu, si anak bangsawan kecil yang hidupnya penuh drama dan strategi.
Yuk, kita bedah bareng kisah hidup Tokugawa Ieyasu, si “pemain sabar” yang akhirnya jadi penguasa Jepang paling lama dalam sejarah.
Masa Kecil yang Penuh Sandera
Tokugawa Ieyasu lahir dengan nama Matsudaira Takechiyo tanggal 31 Januari 1543, di Provinsi Mikawa (sekarang bagian dari Prefektur Aichi). Dia lahir dari keluarga bangsawan kecil, bukan dari klan super elite seperti Oda atau Takeda. Tapi dari kecil hidupnya udah kayak bola pingpong — dilempar sana-sini jadi sandera politik.
Di usia 6 tahun, Ieyasu udah dikirim ke klan Imagawa buat jadi sandera. Dan lo tahu apa yang lebih tragis? Keluarganya sendiri yang nyerahin dia. Tapi ini udah biasa di zaman Sengoku, era di mana Jepang kacau balau karena perang antar daimyo (tuan tanah) yang rebutan kekuasaan.
Tapi di balik “penjara emas” itu, Ieyasu malah dapat pendidikan kelas atas dari Imagawa Yoshimoto, yang ngajarin dia soal strategi militer, budaya samurai, dan ilmu pemerintahan. Ini yang bikin Ieyasu tumbuh bukan cuma jadi jago berpedang, tapi juga jadi otak politik yang licin.
Dari Matsudaira Jadi Tokugawa
Waktu klan Imagawa runtuh setelah dikalahkan oleh Oda Nobunaga dalam Pertempuran Okehazama (1560), Ieyasu akhirnya bebas. Dia balik ke Mikawa, mulai ambil alih wilayahnya sendiri, dan… pelan-pelan mulai main di panggung besar.
Tahun 1567, dia ganti nama dari Matsudaira jadi Tokugawa Ieyasu, untuk mengklaim bahwa dia punya hubungan darah dengan keluarga bangsawan kuno, Minamoto. Ya, semacam strategi branding supaya lebih keren dan dihormati. Smart move, bro!
Aliansi dengan Oda Nobunaga
Kalau lo pernah denger Oda Nobunaga, dia itu jenderal flamboyan yang pengen menyatukan Jepang dengan gaya brutal. Dan Ieyasu sadar, daripada lawan, mendingan temenan. Jadilah dia bikin aliansi sama Oda Nobunaga.
Di sini keliatan banget gaya Ieyasu yang kalem tapi strategis. Dia gak nyari panggung, gak bikin drama, tapi fokus nguatkan wilayahnya, ngelatih pasukan, dan nunggu momen. Ibaratnya, Nobunaga ngebuka jalan, Ieyasu ngerapihin jalur.
Masuk Era Hideyoshi: Sabar Dulu, Bos!
Setelah Nobunaga mati secara tragis (bunuh diri setelah dikhianati Akechi Mitsuhide), kekosongan kekuasaan diisi sama Toyotomi Hideyoshi. Nah, Hideyoshi ini unik — dari anak petani bisa naik jadi penguasa Jepang.
Ieyasu sempat bentrok dikit sama Hideyoshi, tapi akhirnya mereka berdamai dan Ieyasu jadi salah satu daimyo paling besar di Jepang. Lagi-lagi, Ieyasu milih sabar dan menunggu. Walaupun Hideyoshi jadi penguasa de facto, semua orang tahu bahwa Ieyasu adalah rival paling berbahaya.
Dan ketika Hideyoshi meninggal di tahun 1598, momen itu datang.
Pertempuran Sekigahara: Waktunya Gas!
Setelah Hideyoshi wafat, kekuasaan sementara jatuh ke tangan anaknya yang masih kecil, Hideyori. Tapi Jepang gak butuh penguasa bayi. Maka muncul dua kubu besar: kubu Timur yang dipimpin Ieyasu, dan kubu Barat yang dipimpin Ishida Mitsunari.
Tahun 1600, mereka bentrok dalam Pertempuran Sekigahara, perang terbesar dan paling menentukan dalam sejarah Jepang. Dan siapa yang menang? Yap, Ieyasu. Walaupun pasukannya gak terlalu banyak, dia menang berkat aliansi yang solid, strategi yang matang, dan… pengkhianatan lawan.
Sekigahara jadi batu loncatan besar. Ieyasu resmi jadi orang paling berkuasa di Jepang.
Naik Tahta Sebagai Shogun
Tahun 1603, Kaisar Jepang akhirnya menunjuk Ieyasu sebagai Shogun, gelar militer tertinggi yang pada dasarnya bikin dia jadi penguasa Jepang. Inilah awal dari Keshogunan Tokugawa, yang bakal bertahan lebih dari dua abad.
Menariknya, Ieyasu gak lama menjabat sebagai Shogun. Di tahun 1605, dia “turun tahta” dan ngasih gelar itu ke anaknya, Tokugawa Hidetada. Tapi jangan salah, Ieyasu tetap pegang kendali dari balik layar. Dia jadi semacam “shogun senior” alias pensiunan yang masih berkuasa. Licik? Nggak juga. Cerdas? Banget.
Pemerintahan Tokugawa: Jepang Jadi Kalem
Setelah era perang yang brutal, Ieyasu dan para penerusnya membangun rezim yang fokus pada stabilitas dan kontrol. Mereka bikin sistem bakufu-han, di mana shogun pusat dan daimyo lokal jalan bareng, tapi dengan pengawasan ketat.
Daimyo diwajibkan tinggal di Edo (Tokyo sekarang) secara bergantian, sistem yang disebut sankin-kotai, supaya mereka gak sempat berontak. Ieyasu juga mengatur siapa boleh nikah sama siapa, siapa boleh punya senjata, bahkan siapa boleh bangun kastil.
Intinya, semua dikontrol. Dan Jepang masuk ke era yang disebut sebagai Pax Tokugawa—masa damai yang panjang banget.
Kebijakan Isolasi: Tutup Pintu, Bro!
Salah satu kebijakan kontroversial dari era Tokugawa adalah sakoku, yaitu menutup Jepang dari pengaruh luar. Ieyasu mulai membatasi aktivitas misionaris Kristen dan kontak dengan pedagang asing.
Meskipun kebijakan isolasi total baru dikuatkan anak cucunya, benih-benihnya udah ditanam oleh Ieyasu. Dia gak mau Jepang jadi kacau lagi gara-gara pengaruh asing atau konflik agama.
Akhir Hidup Tokugawa Ieyasu
Tokugawa Ieyasu meninggal tahun 1616 di usia 73 tahun. Usia yang luar biasa panjang untuk zaman itu, apalagi buat seorang samurai dan politikus aktif. Tapi yang lebih penting, dia ninggalin warisan besar: sistem pemerintahan stabil, keluarga Tokugawa yang kuat, dan Jepang yang tenang.
Dia dimakamkan di Kuil Nikko Toshogu, yang sampai hari ini jadi salah satu situs paling sakral dan keren di Jepang.
Warisan Ieyasu: Si Raja Bayangan yang Sukses Besar
Kalau lo pikir samurai harus galak, seruduk, dan mati muda, Ieyasu adalah pengecualian total. Dia buktiin bahwa sabar, strategi, dan aliansi yang tepat bisa bikin lo jadi penguasa. Dari bocah sandera, dia naik pelan-pelan jadi penguasa sejati.
Keshogunan Tokugawa adalah salah satu era paling damai dan teratur dalam sejarah Jepang. Lo bisa bilang, Ieyasu adalah fondasi dari Jepang modern. Tanpa dia, Jepang bisa aja masih perang antar klan sampai berabad-abad.
Kalau Hidup itu Catur, Ieyasu Jagonya
Tokugawa Ieyasu adalah bukti hidup bahwa dalam kehidupan (dan politik), yang menang bukan yang tercepat atau paling keras, tapi yang paling sabar, licik dengan elegan, dan tahu kapan bergerak.
Dia bukan pahlawan flamboyan, bukan juga jenderal brutal. Tapi dia adalah arsitek kekuasaan yang ngerti banget cara mainkan pion, menghindar dari jebakan, dan akhirnya duduk di kursi raja.